Wednesday, 16 July 2014

Cara Khusu' dalam Shalat



Cara khusyu’ Dalam Shalat
By: Muhammad
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya.”
(S.Q.  Al-Baqarah: 45-46)
Agar bisa khusyu’ dalam mengerjakan shalat hendaknya senantiasa membuat persiapan awal yang rapi dari aspek dhahir dan batin. Agar kekhusyu’an selalu menyertai dalam shalat kita maka kita memerlukan persiapan terlebih dahulu. Adapun sebab-sebab kekhusyu’an bisa terbagi menjadi dua kubu besar Pertama pra shalat dan Kedua saat mengerjakan shalat. Di bawah ini adalah keterangan satu persatu  agar shalat bisa khusyu’.
1-      Pra Shalat
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan saat hendak mengerjakan shalat agar shalatnya bisa khusyu’. Di antara hal-hal yang perlu diperhatikan agar bisa khusyu’ kala mengerjakan shalat sebagaimana berikut:
a-      Menjaga makanan, minuman, dan pakaian
Khusyu’ sangat erat hubungannya dengan hati, oleh karena itu kesucian hati penting untuk dijaga  dengan cara menjauhkannya dari benda-benda haram. Jika kita ingin merasakan khusyu’, pastikan apa yang kita makan, minum, dan pakai bersumber dari barang yang halal. Ini berdasarkan Hadits dari Rasul saw riwayat Bukhari dan Muslim:
(إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ، أَلا وَهِيَ الْقَلْبُ)
Artinya: “Ketahuilah! Bahwa di dalam badan terdapat segumpal daging; apabila ia baik baiklah badan seluruhnya dan apabila ia rusak rusaklah seluruhnya. Ketahuilah! Itulah hati.
Semua barang yang dimakan, diminum, atau dipakai oleh manusia sangat mempengaruhi  hati manusia. Bila manusia menjaga makanan, minuman, dan pakaiannya maka hatinya akan selalu merasa tenang dan dapat merasakan kekhusyu’an dalam mengerjakan ibadah shalat, sebab khusyu’ itu berawal dari hati manusia. Hadits  di atas menjelaskan pentingnya menjaga hati, sebab hati merupakan barometer jiwa raga manusia. Bila hatinya baik maka semua akan mendapat nilai baik, begitu pula dengan sebaliknya.
b-      Bersiwak
Dalam Hadits menjelaskan bahwa kekhusyu’an juga bersinyalir dari kebersihan diri sebagaimana Hadits Rasul saw riwayat Bukhari dan Muslim:
(لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي ، لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَة)
Artinya: “Jika tidak mendatangkan kesulitan atas umatku niscaya aku memerintahkan mereka bersiwak pada setiap kali hendak shalat.”
Hadits di atas menunjukkan pentingnya membersihkan diri terutama bersiwak sebelum mengerjakan shalat. Fungsi siwak ialah membersihkan sela-sela gigi dari sisa-sisa makanan dan menghilangkan bau mulut. Ketika mulut orang yang shalat masih terdapat sisa-sisa makanan maka shalatnya akan terganggu dan tidak menafikan pada waktu shalat ia malah konsentrasi menghilangkan sisa-sisa makanan yang ada di dalam mulut tersebut.
c-      Wudlu’ dengan sempurna
Wudlu’ juga sangat berpengaruh dalam kekhusyu’an shalat. Bila wudlu’nya sempurna maka shalatnya pun juga bisa sempurna. Sekarang bagaimana shalat kita bisa sempurna dan khusyu’ jika wudlu’ kita belum benar? Padahal wudlu’ merupakan persyaratan mengerjakan shalat.
Tercatat dalam Hadits yang diriwayatkan dari Abu Rauh al-Khula‘i dari seorang laki-laki bahwa beliau pernah melaksanakan shalat Subuh bersama Rasulullah saw dan Beliau membaca surat ar-Ruum. Pada salah satu ayatnya, bacaan Beliau terganggu. Selesai  shalat Baginda bersabda: “Sesungguhnya bacaan kami terganggu disebabkan terdapat beberapa orang di antara kalian yang shalat bersama kami tidak menyempurnakan wudlu mereka. Oleh karena itu, siapa yang mendirikan shalat bersama kami maka sempurnakanlah wudlunya.”  (Hadits riwayat Ahmad dan an-Nasa’i)
Di samping itu sebagian kelebihan wudlu itu dapat menjauhkan seseorang dari gangguan setan. Umar bin Khathab berkata: “Sesungguhnya wudlu yang baik itu mengusir syaitan dari engkau.”
d-     Jangan shalat dalam keadaan lapar
Agama Islam bukanlah agama yang sebatas memikirkan akhirat saja, akan tetapi agama Islam juga menganggap perlu mencari dunia agar bisa mencukupi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu Allah berfirman dalam surat al-Qashash ayat 77:
(وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا)
Artinya: “Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugrahkan Allah padamu, tapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.
Keseimbangan antara dunia dan akhirat itulah hal paling penting dalam kehidupan di dunia ini. Bila yang dipikirkan hanya akhirat maka kesusahan akan menyelimuti hidupnya, sebab tabiat manusia yang tidak bisa dipisahkan oleh kemegahan dunia. Dan bila hanya dunia yang dipikirkan maka hati akan terasa kosong. Jika antara dunia dan akhirat sudah imbang, kehidupan akan terasa tenang, damai, dan tentram.
Oleh karana itu, Rasul saw melarang orang Islam mengerjakan shalat dalam keadaan lapar dan haus, sebab rasa lapar dan haus bisa mempengaruhi kekhusyu’an shalat dan pasti yang terbayang dalam shalat bukan menyembah Allah, tapi memikirkan sajian yang akan ia santap. Selain larangan shalat dalam keadaan lapar dan haus, Rasul pun juga melarang orang shalat dalam keadaan menahan buang air kecil atau air besar, sebab semua itu bisa menghilangkan kekhusu’an. Rasul saw bersabda riwayat Muslim:
Artinya: “Jangan shalat ketika makanan (yang hendak dimakannya) sedang tersedia, dan jangan shalat dalam keadaan menahan buang air besar dan air kecil.”
e-      Mencari tempat yang menenangkan
Tempat shalat bisa mempengaruhi kekhusyu’an shalat, oleh karena itu, orang yang akan mengerjakan shalat dianjurkan mencari tempat yang tenang seperti di dalam masjid, mushalla, atau membuat lokasi khusus di dalam rumah untuk mengerjakan shalat. Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa makruh menunaikan shalat di tempat orang-orang berjalan, sebab hal itu bisa mengganggu kekhusyu’an shalat. Termasuk yang bisa menghilangkan kekhusyu’an pada saat ini adalah HP maka bila hendak mengerjakan shalat alangkah baiknya bila HP di non aktifkan, sebab suara HP juga bisa membisingkan dan mengganggu konsentrasi shalat.
Dalam sebuah Hadits Rasul saw dijelaskan ada beberapa tempat yang tidak boleh seseorang mengerjakan shalat di situ. Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar: yang artinya:“Bahwa Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wasallam mencegah mendirikan shalat pada tujuh tempat: tempat pembuangan sampah, tempat penyembelihan, kuburan, tengah-tengah jalan, bilik mandi, tempat unta duduk di keliling air, dan di atas Baitullah.”  (H.R.Tirmidzi)
f-       Lakukan Shalat Secara Berjamaah
Berusahalah melakukan shalat secara berjamaah sebab shalat berjamaah itu sendiri tergolong suatu tuntutan dan syi‘ar agama Islam. Selain pahala shalat berjamaah itu melebihi shalat seorang diri dengan dua puluh tujuh derajat, ulama mengatakan, pada kebiasaannya orang yang shalat berjamaah itu akan memperoleh kekhusyu’an ketika bershalat.
g-      Mengingat kematian
Agar konsentrasi tidak hilang, alangkah baiknya bila sebelum mengerjakan shalat membayangkan bahwa kematian sudah sangat dekat dan shalat yang dilakukan pada saat itu merupakan shalat yang terakhir dalam hidup kita sehingga berusaha mengerjakan shalat dengan khusyu’.
Diriwayatkan dari Hatim al-Asham bahwa ditanyakan kepadanya tentang shalatnya, beliau beliau menjawab: “Apabila tiba waktu shalat aku menyempurnakan wudlu’ dan aku mendatangi tempat di mana di situ aku hendak mendirikan shalat. Lalu aku duduk pada tempat itu sehingga berkumpullah seluruh anggota tubuhku. Kemudian aku berdiri menunaikan shalatku dan aku jadikan Ka‘bah di antara dua keningku, titian ash-shirath di bawah tapak kakiku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut di belakangku, aku menyangka shalat ini adalah shalatku yang terakhir. Kemudian aku berdiri di antara mengharap dan takut, aku bertakbir dengan penuh keyakinan, aku membaca dengan bacaan yang betul, aku ruku‘ dengan merendahkan diri, aku sujud dengan khusyu‘, aku duduk atas punggung kiri dan aku bentangkan belakang tapak kaki kiri, aku tegakkan tapak kaki kanan atas ibu jari kaki dan aku ikutkan keikhlasan hati. Kemudian aku tidak tahu shalatku diterima atau tidak?”
2-      Saat Menunaikan Shalat
a-      Memahami bacaan yang terdapat di dalam shalat
Meneliti bacaan-bacaan dalam shalat, baik bacaan itu terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an atau selain ayat-ayat al-Quran (tasbih, takbir, dan doa). Bahkan jika bisa berusaha untuk memahami makna bacaan-bacaan tersebut. Hal ini teramat penting untuk menghadirkan hati dalam shalat.
Membaca dengan baik (husnul qira’ah), berusaha untuk memahami dan mengerti bacaan dalam shalat termasuk ayat al-Quran yang dibacakan, terlebih surat Fatihah, gerakan, dan maknanya (tafahum). Demikian ini sebab bacaan-bacaan dalam shalat mengandung banyak makna yang harus dan patut dimengerti oleh orang yang melaksanakannya.
b-      Merendahkan Diri
Salurkan rasa rendah hati dan rendah diri ketika dalam rukuk dan sujud serta dipanjangkan masa rukuk dan sujud. Sebagaimana sabda  Rasul saw riwayat Muslim:
(أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ)
Artinya:“Seseorang hamba paling dekat dengan Tuhannya sewaktu ia bersujud.
Oleh karena itu, Rasul saw menganjurkan pada semua orang shalat agar memperbanyak doa saat bersujud, sebab pada saat sujud merupakan momen paling dekatnya hamba kepada Allah.
c-      Menyucikan Allah
Meliputkan hati dengan kebesaran Allah dan kesucianNya ketika bertakbir dan ketika bertasbih pada seluruh gerak-gerik dalam shalat. Timbulkan Rasa Malu kepada Allah dan merasa takut terhadap kekuasaan Allah.
d-     Meninggalkan urusan duniawiah
Meninggalkan segala pikiran dan lintasan hati yang berkaitan dengan urusan dunia. Hati diajak hadir/ikut, kehadiran hati dalam shalat yaitu mengosongkan hati dari segala urusan yang bisa mengganggu dan yang tidak berkaitan dengan shalat.
e-      Senantiasa Melihat Tempat Sujud
Senantiasa melihat tempat sujud sekalipun orang itu buta atau bershalat  dalam suasana gelap kecuali ketika membaca perkataanإلاّ الله  dalam tahiyyat. Ketika  itu pandangan orang shalat  diarahkan ke jari telunjuknya.
Jika memejamkan mata bisa mendatangkan kekhusyu’an dalam shalat maka diperbolehkan baginya mengerjakan shalat dengan memejamkan mata sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam an-Nawawi.
Dari keterangan di atas bisa disimpulkan bahwa kekhusyu’an bukan hanya berada pada waktu menjalankan shalat saja, namun sebelum mengerjakan shalat juga bisa menjadi pensuplai kekhusyu’an. Tidak bisa dipungkiri, mendapatkan kekhusyu’an sangatlah sulit, sebab setan selalu menggoda anak Adam yang Rasul saw mengibaratkan godaan setan terhadap anak Adam bagaikan darah yang selalu mengalir dalam tubuh manusia.
Walaupun demikian, dengan tips-tips kekhusyu’an yang telah Rasul saw praktekkan bisa menjadi panduan bagi kita agar bisa mendapatkan kekhusyu’an. Semoga  dengan adanya metode-metode kekhusyu’an ini bisa menjadi pendorong kita agar bisa menjalankan shalat dengan khusyu’.

No comments:

Post a Comment