Cara
khusyu’ Dalam Shalat
By: Muhammad
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’ yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan
bahwa mereka akan kembali kepadaNya.”
(S.Q. Al-Baqarah: 45-46)
Agar bisa khusyu’ dalam mengerjakan shalat
hendaknya senantiasa membuat persiapan awal yang rapi dari aspek dhahir dan batin. Agar kekhusyu’an selalu menyertai
dalam shalat kita maka kita memerlukan persiapan terlebih dahulu. Adapun
sebab-sebab kekhusyu’an bisa terbagi menjadi dua kubu besar Pertama pra shalat
dan Kedua saat mengerjakan shalat. Di bawah ini adalah keterangan
satu persatu agar shalat bisa khusyu’.
1- Pra Shalat
Terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan saat hendak mengerjakan shalat agar shalatnya bisa khusyu’. Di antara hal-hal yang
perlu diperhatikan agar bisa khusyu’ kala mengerjakan shalat
sebagaimana berikut:
a-
Menjaga makanan, minuman, dan pakaian
Khusyu’ sangat erat hubungannya
dengan hati, oleh karena itu kesucian
hati penting untuk dijaga dengan cara
menjauhkannya dari benda-benda haram. Jika kita ingin merasakan khusyu’, pastikan apa yang kita
makan, minum, dan pakai bersumber dari barang yang halal. Ini berdasarkan Hadits dari Rasul saw riwayat Bukhari dan Muslim:
(إِنَّ فِي الْجَسَدِ
مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ
الْجَسَدُ، أَلا وَهِيَ الْقَلْبُ)
Artinya: “Ketahuilah! Bahwa
di dalam badan terdapat segumpal daging; apabila ia baik baiklah badan
seluruhnya dan apabila ia rusak rusaklah seluruhnya. Ketahuilah! Itulah hati.”
Semua barang yang dimakan,
diminum, atau dipakai oleh manusia sangat mempengaruhi hati manusia. Bila manusia menjaga makanan,
minuman, dan pakaiannya maka hatinya akan selalu merasa tenang dan dapat merasakan
kekhusyu’an dalam mengerjakan ibadah shalat, sebab khusyu’ itu berawal dari
hati manusia. Hadits
di atas menjelaskan pentingnya
menjaga hati, sebab hati merupakan barometer jiwa raga manusia. Bila hatinya baik maka semua akan mendapat
nilai baik, begitu pula dengan sebaliknya.
b-
Bersiwak
Dalam Hadits menjelaskan bahwa kekhusyu’an juga bersinyalir dari
kebersihan diri sebagaimana Hadits Rasul saw riwayat Bukhari dan Muslim:
(لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ
عَلَى أُمَّتِي ، لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَة)
Artinya: “Jika tidak mendatangkan
kesulitan atas umatku niscaya aku memerintahkan mereka bersiwak pada
setiap kali hendak shalat.”
Hadits di atas menunjukkan
pentingnya membersihkan diri terutama bersiwak sebelum mengerjakan shalat. Fungsi
siwak ialah membersihkan sela-sela gigi dari sisa-sisa makanan dan
menghilangkan bau mulut. Ketika mulut orang yang shalat masih terdapat sisa-sisa
makanan maka shalatnya akan terganggu dan tidak menafikan pada waktu shalat ia
malah konsentrasi menghilangkan sisa-sisa makanan yang ada di dalam mulut
tersebut.
c-
Wudlu’ dengan sempurna
Wudlu’ juga sangat berpengaruh
dalam kekhusyu’an shalat. Bila wudlu’nya sempurna maka shalatnya pun juga bisa sempurna. Sekarang bagaimana shalat kita bisa sempurna
dan khusyu’ jika wudlu’ kita belum benar? Padahal wudlu’ merupakan persyaratan mengerjakan
shalat.
Tercatat dalam Hadits yang
diriwayatkan dari Abu Rauh al-Khula‘i dari seorang laki-laki bahwa beliau
pernah melaksanakan shalat Subuh bersama Rasulullah saw dan Beliau membaca surat
ar-Ruum. Pada salah satu ayatnya, bacaan Beliau terganggu. Selesai shalat Baginda bersabda: “Sesungguhnya
bacaan kami terganggu disebabkan terdapat beberapa orang di antara kalian yang shalat
bersama kami tidak menyempurnakan wudlu mereka. Oleh karena itu, siapa yang mendirikan
shalat bersama kami maka sempurnakanlah wudlunya.” (Hadits riwayat Ahmad dan an-Nasa’i)
Di samping itu sebagian
kelebihan wudlu itu dapat menjauhkan seseorang dari gangguan setan. Umar bin Khathab
berkata: “Sesungguhnya wudlu yang baik itu mengusir
syaitan dari engkau.”
d-
Jangan shalat dalam
keadaan lapar
Agama Islam bukanlah agama
yang sebatas memikirkan akhirat saja, akan tetapi agama Islam juga menganggap
perlu mencari dunia agar bisa mencukupi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
Allah berfirman dalam surat al-Qashash ayat 77:
(وَابْتَغِ فِيمَا
آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا)
Artinya: “Dan carilah pahala negeri akhirat
dengan apa yang telah dianugrahkan Allah padamu, tapi janganlah kamu lupakan
bagianmu di dunia.”
Keseimbangan antara dunia dan akhirat itulah hal
paling penting dalam kehidupan di dunia ini. Bila yang dipikirkan hanya akhirat
maka kesusahan akan menyelimuti hidupnya, sebab tabiat manusia yang tidak bisa
dipisahkan oleh kemegahan dunia. Dan bila hanya dunia yang dipikirkan maka hati
akan terasa kosong. Jika antara dunia dan akhirat sudah imbang, kehidupan akan
terasa tenang, damai, dan tentram.
Oleh karana itu, Rasul saw melarang orang Islam
mengerjakan shalat dalam keadaan lapar dan haus, sebab rasa lapar dan haus bisa
mempengaruhi kekhusyu’an shalat dan pasti yang terbayang dalam shalat bukan
menyembah Allah, tapi memikirkan sajian yang akan ia santap. Selain larangan shalat dalam keadaan lapar dan haus, Rasul pun
juga melarang orang shalat dalam keadaan menahan buang air kecil atau air
besar, sebab semua itu bisa menghilangkan
kekhusu’an. Rasul saw bersabda riwayat Muslim:
Artinya: “Jangan shalat
ketika makanan (yang hendak dimakannya) sedang tersedia, dan jangan shalat
dalam keadaan menahan buang air besar dan air kecil.”
e-
Mencari tempat yang
menenangkan
Tempat shalat bisa
mempengaruhi kekhusyu’an shalat, oleh karena itu, orang yang akan mengerjakan
shalat dianjurkan mencari tempat yang tenang seperti di dalam masjid, mushalla,
atau membuat lokasi khusus di dalam rumah untuk mengerjakan shalat. Imam
an-Nawawi menjelaskan bahwa makruh menunaikan shalat di tempat orang-orang
berjalan, sebab hal itu bisa mengganggu kekhusyu’an shalat. Termasuk yang bisa menghilangkan kekhusyu’an pada saat ini
adalah HP maka bila hendak mengerjakan shalat alangkah baiknya bila HP di non
aktifkan, sebab suara HP juga bisa membisingkan dan mengganggu konsentrasi
shalat.
Dalam sebuah Hadits Rasul saw dijelaskan ada
beberapa tempat yang tidak boleh seseorang mengerjakan shalat di situ. Sebagaimana Hadits yang
diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar: yang artinya:“Bahwa Rasulullah ShallAllahu
‘alaihi wasallam mencegah mendirikan shalat pada tujuh tempat: tempat
pembuangan sampah, tempat penyembelihan, kuburan, tengah-tengah jalan, bilik
mandi, tempat unta duduk di keliling air, dan di atas Baitullah.” (H.R.Tirmidzi)
f-
Lakukan Shalat Secara Berjamaah
Berusahalah melakukan shalat
secara berjamaah sebab shalat berjamaah itu sendiri tergolong suatu tuntutan dan syi‘ar agama
Islam. Selain pahala shalat berjamaah itu melebihi shalat seorang diri dengan
dua puluh tujuh derajat, ulama mengatakan, pada kebiasaannya orang yang shalat
berjamaah itu akan memperoleh kekhusyu’an ketika bershalat.
g-
Mengingat kematian
Agar konsentrasi tidak
hilang, alangkah baiknya bila sebelum mengerjakan shalat membayangkan bahwa
kematian sudah sangat dekat dan shalat yang dilakukan pada saat itu merupakan shalat
yang terakhir dalam hidup kita sehingga berusaha mengerjakan shalat dengan
khusyu’.
Diriwayatkan dari Hatim
al-Asham bahwa ditanyakan kepadanya tentang shalatnya, beliau beliau menjawab: “Apabila
tiba waktu shalat aku menyempurnakan wudlu’ dan aku mendatangi tempat di mana
di situ aku hendak mendirikan shalat. Lalu aku duduk pada tempat itu sehingga
berkumpullah seluruh anggota tubuhku. Kemudian aku berdiri menunaikan shalatku
dan aku jadikan Ka‘bah di antara dua keningku, titian ash-shirath di bawah
tapak kakiku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut
di belakangku, aku menyangka shalat ini adalah shalatku yang terakhir. Kemudian
aku berdiri di antara mengharap dan takut, aku bertakbir dengan penuh
keyakinan, aku membaca dengan bacaan yang betul, aku ruku‘ dengan merendahkan
diri, aku sujud dengan khusyu‘, aku duduk atas punggung kiri dan aku bentangkan
belakang tapak kaki kiri, aku tegakkan tapak kaki kanan atas ibu jari kaki dan
aku ikutkan keikhlasan hati. Kemudian aku tidak tahu shalatku diterima atau
tidak?”
2-
Saat Menunaikan Shalat
a-
Memahami bacaan yang
terdapat di dalam shalat
Meneliti bacaan-bacaan
dalam shalat, baik bacaan itu terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an atau selain ayat-ayat
al-Quran (tasbih, takbir, dan doa). Bahkan jika bisa berusaha untuk memahami makna bacaan-bacaan tersebut. Hal ini teramat
penting untuk menghadirkan hati dalam shalat.
Membaca dengan baik (husnul
qira’ah), berusaha untuk memahami dan mengerti bacaan dalam shalat
termasuk ayat al-Quran yang dibacakan, terlebih surat Fatihah, gerakan, dan
maknanya (tafahum). Demikian ini sebab bacaan-bacaan dalam shalat
mengandung banyak makna yang harus dan patut dimengerti oleh orang yang melaksanakannya.
b-
Merendahkan Diri
Salurkan rasa rendah hati
dan rendah diri ketika dalam rukuk dan sujud serta dipanjangkan masa rukuk dan
sujud. Sebagaimana sabda Rasul saw riwayat Muslim:
(أَقْرَبُ مَا يَكُونُ
الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ)
Artinya:“Seseorang
hamba paling dekat dengan Tuhannya sewaktu ia bersujud.”
Oleh karena itu, Rasul saw
menganjurkan pada semua orang shalat agar memperbanyak doa saat bersujud, sebab pada saat sujud merupakan momen paling
dekatnya hamba kepada Allah.
c-
Menyucikan Allah
Meliputkan hati dengan
kebesaran Allah dan kesucianNya ketika bertakbir dan ketika bertasbih pada
seluruh gerak-gerik dalam shalat. Timbulkan Rasa Malu kepada Allah dan merasa
takut terhadap kekuasaan Allah.
d-
Meninggalkan urusan
duniawiah
Meninggalkan segala pikiran
dan lintasan hati yang berkaitan dengan urusan dunia. Hati diajak hadir/ikut,
kehadiran hati dalam shalat yaitu mengosongkan hati dari segala urusan yang
bisa mengganggu dan yang tidak berkaitan dengan shalat.
e-
Senantiasa Melihat Tempat Sujud
Senantiasa melihat tempat
sujud sekalipun orang itu buta atau bershalat dalam suasana gelap kecuali ketika membaca
perkataanإلاّ الله dalam tahiyyat. Ketika itu pandangan orang shalat diarahkan ke jari telunjuknya.
Jika memejamkan mata bisa
mendatangkan kekhusyu’an dalam shalat maka diperbolehkan baginya mengerjakan
shalat dengan memejamkan mata sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam an-Nawawi.
Dari keterangan di atas
bisa disimpulkan bahwa kekhusyu’an bukan hanya berada pada waktu menjalankan
shalat saja, namun sebelum mengerjakan shalat juga bisa menjadi pensuplai kekhusyu’an.
Tidak bisa dipungkiri, mendapatkan kekhusyu’an sangatlah sulit, sebab setan
selalu menggoda anak Adam yang Rasul saw mengibaratkan godaan setan terhadap
anak Adam bagaikan darah yang selalu mengalir dalam tubuh manusia.
Walaupun demikian, dengan
tips-tips kekhusyu’an yang telah Rasul saw praktekkan bisa menjadi panduan bagi kita agar bisa
mendapatkan kekhusyu’an. Semoga dengan adanya metode-metode kekhusyu’an ini bisa menjadi
pendorong kita agar bisa menjalankan shalat dengan khusyu’.
No comments:
Post a Comment