Layar Di balik
Shalat
By: Muhammad
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepadaKu.”
(Adz-Dzariat: 56)
Shalat
bukan sekedar gerakan dan bacaan tanpa makna bagi muslim
yang benar-benar menghayati gerakan dan bacaan shalat. Di dalam ritual shalat
lima waktu dan shalat sunnah lainnya terdapat makna filosofis terselubung baik
ditinjau dari segi relegi, medis, maupun sosial. Mungkin di antara kita ada
yang tidak begitu memahami makna shalat yang telah diperintah Allah pada semua hambaNya. Mungkin dalam benak pikiran kita selalu
bertanya-tanya “Buat apa kita shalat? Apa guna mengerjakan shalat? mengapa
harus shalat?.” Dan mungkin ada yang beranggapan shalat dengan menggunakan metode gerakan sebagaimana maklumnya tidak ada gunanya, tapi shalat cukup
dengan hati saja. Pertanyaan-pertanyaan demikan harus kita pecahkan bersama
agar kita bisa mengetahui makna filosofi shalat serta gerakannya sehingga kita
bisa mengetahui hakikat shalat dan bisa mengerjakan shalat dengan suka hati
tanpa ada kata terpaksa.
Di
bawah ini adalah layar di balik
ritual shalat menurut pandangan religi, medis, dan sosial.
1-
Shalat Dalam Pandangan Religi
Sebagaimana
yang telah disinggung di atas,
shalat bukanlah sekedar gerakan tanpa arti,
namun dalam ritual shalat mengandung
arti yang sangat mendalam. Oleh karena itu, tidak heran apabila
Allah menciptakan semua makhluk hidup di dunia ini hanya untuk beribadah
pada-Nya firman Allah surat Adz-Dzariyat ayat 56:
(وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ)
Artinya: “Dan Aku tidak akan menciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.”
Kita yakin bahwa diri kita ada di
dunia bukan muncul dengan sendirinya, tapi di balik itu ada Dzat
yang menciptakan dan Dzat pencipta itu adalah Allah. Ungkapan ini sudah
tidak asing lagi di telinga kita. Allah
menciptakan kita bukan hanya untuk bersenang-senang, bersenda gurau, hidup bebas, lepas
tanpa adanya beban, namun kita harus beribadah, menyucikan
diri, meminta ampun atas kekhilafan, meminta pertolongan, dan mengikuti semua
peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Bisa difahami dari
kaidah baku umat Islam, semua perintah Allah mengandung manfaat bagi semua
manusia dan semua larangan Allah mengandung kemudlaratan atau kerusakan pada
diri manusia sendiri. Misalnya Allah mengharamkan minuman keras, alasan minuman
keras diharamkan sebab apabila minum minuman keras akal seseorang bisa hilang
dan gelap sehingga ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Dari hilangnya
akal seseorang bisa melakukan apa saja tanpa menyadari bahwa yang ia lakukan
menyakiti orang lain dan mengakibatkan pertengkaran bahkan bisa berujung
kematian. Bila ditinjau dari segi
medis, peminum minuman
keras bisa mengakibatkan terputusnya sel-sel otak dan mengakibatkan pikirannya
menjadi lemot/tumpul.
Contoh lain, keharaman zina. Zina
diharamkan sebab Allah berkehendak untuk mengangkat martabat perempuan dan menjaga
kesucian anak turun bani Adam. Jika zina dilegalkan nasib perempuan bagaikan
sampah yang tiada arti, hidupnya terombang-ambing tanpa kejelasan, dan bila
zina dilegalkan hidup manusia tidak ada beda dengan kehidupan hewan yang hanya
ingin mencari kepuasan nafsu belaka. Belum lagi nasib anak yang terlahir dari
zina. Siapa yang akan menjadi ayahnya? Siapa yang akan memberikan nafkah? Ia juga membutuhkan kasih
sayang dari seorang ayah. Oleh karena itu, tokoh klasik dan kontemporer Islam
membuat rumus ‘setiap sesuatu yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya pasti
mengandung manfaat dan setiap sesuatu yang diharamkan pasti mengandung kerusakan.’
Puasa diwajibkan Allah, apakah ini mengandung
manfaat? Jelas puasa mengandung manfaat. Manfaat
puasa ialah:[1]
1- Faidah puasa ada kalanya berhubungan dengan Ruh
Dengan menjalankan puasa kita bisa lebih bersabar
dalam mengatasi setiap masalah yang ada di hadapan kita, bisa menjaga diri dari
setiap perbuatan maksiat, sebab orang yang menjalankan ibadah puasa dengan
benar, hari-harinya dipenuhi dengan menyebut asma Allah.
2- Faidah puasa berhubungan dengan kemasyarakatan
Dalam faidah ini terbagi menjadi empat bagian
a- Keadilan dan kesamaan
Dengan adanya
puasa, tidak ada perbedaan antara orang kaya, miskin, kuat, dan lemah, sebab
pada waktu menjalankan puasa semua diperintahkan untuk mencegah diri dari makan
dan minum sepanjang hari.
b- Timbulnya perasaan kasih sayang
Apabila
seseorang tidak pernah merasakan lapar dan haus sepanjang hidupnya maka
ia tidak akan punya kasih sayang pada orang miskin.
c- Menjaga diri dari kejelekan dan kerusakan
Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda:
)ان الشيطان يجرى من ابن ادم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع و الصوم(
Artinya: “Sebenarnya godaan setan pada anak cucu
adam sebagaimana darah yang mengalir maka cegahlah perjalanan itu dengan lapar
dan puasa.”
d- Adanya rasa kesatuan
Dengan puasa,
seluruh umat Islam tidak akan makan dan minum kecuali setelah tenggelamnya matahari.
3- Menjaga kesehatan tubuh
Termasuk faidah puasa juga bisa menjaga kesehatan
tubuh manusia sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah saw :"صوموا
تصحوا" artinya: “Berpuasalah kalian sebab
dengan puasa kalian akan sehat.”
Para ahli medis mengakui kebenaran Hadits di atas dan mereka telah melakukan
riset. Hasil yang mereka dapatkan adalah puasa memang benar-benar bisa menjaga
kesehatan manusia. Dengan berpuasa, lemak yang ada dalam tubuh manusia akan
berkurang sedikit demi sedikit, selain itu puasa juga bisa menghancurkan lemak
yang berlebihan. Salah satu dari tim
medis Barat menyatakan bahwa dengan berpuasa satu bulan bisa menghidupkan
sel-sel yang telah mati selama satu tahun,
paparnya. Inti dari berpuasa
adalah menjalankan syari’at yang telah ditetapkan oleh Allah.
Termasuk ketetapan dan perintah Allah
pada semua manusia yang tidak bisa diabaikan adalah ritual shalat lima waktu
dalam sehari semalam. Dalam ritual ini juga mengandung banyak manfaat yang
kembalinya pada diri sendiri. Di antara manfaat shalat menurut pendangan religi sebagaimana berikut:
a- Shalat penyambung hubungan antara hamba dengan Tuhannya
Agama Islam menganjurkan pada semua
umatnya agar menyambung tali silaturrahmi
dengan sanak saudara dan famili, sebab dengan silaturrahmi bisa menjadi sebab
kuatnya tali persaudaraan dan penyebab luasnya rizki. Bahkan Allah mengancam
orang Islam yang tidak mau menyambung tali persaudaraan dengan siksa neraka.
Bila dalam agama Islam menyambung tali persaudaraan menjadi hal urgen apalagi
menyambung tali kepada Tuhan Sang pencipta.
Nabi-nabi terdahulu diturunkan ke dunia
hanya untuk menyucikan dan beribadah kepada Allah, begitu pula dengan Nabi kita
Muhammad saw, beliau diutus agar semua manusia menyembah kepada Allah.
Shalat menjadi media meditasi hamba kepada Tuhannya. Bahkan Rasul
saw sendiri menyebut shalat sebagai tali penyambung kepada Allah. Bagaimana
shalat tidak dikatakan sebagai tali penyambung hamba kepada Sang Khaliq,
sedangkan ketika melaksanakan shalat umat Islam langsung berhadapan dengan
Allah, meninggalkan semua kesibukan dunia, memasrahkan diri, dan mengakui bahwa
dirinya lemah?
Sebagai contoh; permulaan gerakan
shalat ialah Takbiratul Ihram (mengangkat kedua tangan di atas bahu) arti dari
gerakan ini adalah muslim pasrah
sepenuhnya kepada Sang Tuhan, seorang hamba sangatlah lemah bila di hadapan
Tuhan yang esa. Filosofis angkat tangan di atas bahu berarti pasrah dan tak
berdaya lagi. Filosof angkat tangan juga diterapkan oleh pihak militer atau polisi.
Militer atau posisi pasti memerintahkan penjahat
untuk angkat tangan bila penjahat sudah
mulai lemah dan tak berdaya. Setelah angkat tangan barulah polisi memborgolnya.
Semua gerakan shalat mengandung makna filosofis dalam garis besar menghadap,
memasrahkan, lemah tak berdaya, dan menyucikan Allah.
Tokoh Islam klasik berkata mengenai
shalat: “Shalat merupakan tali
penyambung hamba dengan Allah dan shalat itu
mi’rajnya hamba kepada Allah.” Salah satu ulama berkata:
“ Gerakan berdiri tegak waktu shalat sama halnya Isra’ ke Baitul Maqdis, Rukuk
sama halnya sampainya hamba ke Sidrotil Muntaha, pada waktu sujud sang
hamba sampai pada Qaba Qausaini aw Adna.”[2]
b- Shalat pelebur segala dosa
Waktu 24 jam bukan waktu singkat.
Dalam kurun waktu itu tidak mungkin manusia tidak luput dari salah kepada Sang
Khaliq. Kesalahan-kesalahan
terjadi terkadang disadari dan terkadang pula tidak disadari. Kesalahan dan kekhilafan
tidak akan lepas dari manusia, sebab manusia tercipta sebagai gudang kesalahan
dan lupa, namun apakah muslim hanya diam dan berpangku tangan dari kesalahan
yang diperbuat? Apakah orang Islam tidak meminta ampunan kepada Allah agar kelak
selamat dari api neraka sebab kesalahan-kesalahan di dunia?
Shalat lima waktu merupakan ritual
pelebur dosa selagi dosa yang diperbuat bukanlah dosa besar. Keterangan ini
tercatat dalam Hadits Rasul saw riwayat
Bukhari dan Muslim:
(مَا مِنْ
امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءها ؛
وَخُشُوعَهَا، وَرُكُوعَهَا ، إِلاَّ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ
الذُّنُوب مَا لَمْ تُؤتَ كَبِيرةٌ)
Artinya: “Barang siapa dari orang
Islam yang mengerjakan shalat Maktubah (lima
waktu), melakukan wudlu’, khusyu’, dan rukuk dengan benar
maka shalatnya bisa melebur dosa yang telah lewat selagi ia tidak mengerjakan
dosa besar.”
Hadits di atas mengindikasikan bahwa
shalat lima waktu bisa melebur dosa hamba bila dimulai dengan wudlu’, khusyu’,
rukuk yang benar, dan selagi tidak melakukan dosa besar.
Bila ingin mendapatkan ridla Allah, surga, rizki
melimpah, semua doa terkabulkan, dan kebahagiaan dunia akhirat maka tinggalkan
semua dosa. Bila perbuatan dosa tidak bisa dihindari maka leburlah dosa dengan shalat niscaya
kebahagiaan terdapatkan, sebab Allah berfirman dalam
surat Hud
ayat 114:
(وَأَقِمِ
الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهارِ وَزُلَفاً مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَناتِ
يُذْهِبْنَ السَّيِّئاتِ ذلِكَ ذِكْرى لِلذَّاكِرِينَ)
Artinya: “Dan laksanakanah shalat
pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.
Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat Allah.”
Ayat di atas memerintahkan semua umat
Islam agar menjaga serta melaksanakan shalat dengan disiplin. Dalam ayat itu
juga disebutkan waktu-waktu shalat. Shalat Subuh, Dhuhur, dan Asar masuk
katagori Tharafayi an-Nahar, sedangkan Maghrib dan Isya’ dalam kalimat Zulafan
Min al-Laili.[3]
Setelah Allah memerintahkan semua orang Islam mengerjakan shalat, kemudian Allah berfirman sesungguhnya kebajikan
bisa melebur kejelekan. Bisa dipetik sebuah
kesimpulan dari ayat di atas bahwa shalat berposisi sebagai pelebur semua
kesalahan anak Adam.
Jika kita merasa bahwa diri kita
manusia bukan malaikat sedangkan tabiat manusia ialah melakukan kesalahan dan
lupa maka sebagai manusia sejati kita harus meminta ampunan dan melakukan
shalat sebagaimana yang diperintahkan Allah agar kesalahan-kesalahan yang telah
kita lakukan bisa terlebur.
c- Shalat penyejuk hati
Perlu diketahui bahwa shalat bisa
menyejukkan hati yang galau, kenikmatan bagi setiap ruh yang mengesakan Allah,
orang-orang yang khusyu’, dan shalat itu sendiri merupakan rahmat dari Allah bagi
orang yang beriman.
Allah memerintahkan shalat dan memberitahu
metode shalat melalui perantaraan RasulNya Muhammad saw, agar semua manusia mendapatkan
kemuliaan dan bisa berada di sisi Allah kelak di
akhirat. Manusia melaksanakan shalat agar mendapat kemulian, bisa menyatukan
jiwa raga dalam menyembah Allah, sebab di dalam shalat semua manusia
menghadapkan diri kepadaNya, merasa bahagia dan nikmat dengan dekatnya diri
pada Sang Pencipta, dan bisa bertatap muka langsung kepadaNya tanpa memikirkan
hal lain selain menghadap kepadaNya dengan harapan bisa meraih ridla Allah SWT.[4]
Allah
tidak butuh shalatnya seorang hamba,
sebab Allah maha kaya sebagaimana firman Allah dalam
surat Muhammad ayat 38:
(وَاللَّهُ
الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ)
Artinya: “Dan Allah-lah Yang Maha
Kaya, dan kalianlah yang membutuhkan
karunia-Nya.”
Hati manusia bisa kering dan gersang
apabila ia lalai pada Tuhannya. Bila hati manusia sudah kering maka ia akan
mengikuti semua hawa nafsunya dan perbuatannya bisa lebih jelek dari hewan yang
tidak mempunyai akal pikiran. Namun, selagi manusia mengingat dan menghadap
Allah maka hati manusia
terus-menerus tersirami rahmat Allah sehingga hatinya tidak kering.
Begitu pula hati manusia bisa kering
dan gersang bila tidak disirami dengan mengesakan Allah, berdoa,
berdzikir, dan mencintai-Nya sebagaimana firman Allah dalam
surat Az-Zumar ayat 22:
(فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ
قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ)
Artinya: “Maka celakalah mereka
yang hatinya membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang
nyata.”
Dengan kasih sayang Allah pada semua
manusia terutama orang Islam, Allah mewajibkan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Shalat diwajibkan
agar orang Islam selalu mengingat Allah, hati bisa merasa tentram, damai, sejuk,
dan tidak tersesat dari jalan yang benar. Bila hati manusia
sudah membatu dan tersesat dari jalan yang diridlai Allah maka prilaku manusia
tidak jauh beda dengan hewan, bahkan bisa lebih keji dari hewan dan kelak akan
memperoleh kursi di neraka sebagaimana firman Allah surat Al-A’raf ayat 179:
(وَلَقَدْ
ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِنَ الْجِنِّ وَالْأِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا
يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا
يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ
الْغَافِلُون)
Artinya: “Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahannam banyak
dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakan
untuk memahami, mereka memiliki mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat
tanda-tanda kuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak
dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. mereka seperti hewan ternak,
bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”
d- Shalat penawar galau
Nabi Muhammad saw cermin bagi semua
umat Islam. Semua tindak lampahnya menjadi
sebuah kesunnahan untuk diikuti oleh umat Islam. Mari kita tengok kebiasaan
Rasul saw ketika beliau mengalami kegalauan. Dalam
sebuah Hadits yang diriwayatkan dari
Imam Ahmad dan Abu Dawud menjelaskan bahwa bila
Rasulullah sedang galau atau
susah beliau langsung melakukan ritual shalat.
(كَانَ
النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى)
Artinya: “Jika ada satu hal yang
membuat Nabi saw susah maka Nabi saw melakukan
shalat.”
Allah adalah Dzat yang
menciptakan segala sesuatu, semua
mengikuti kehendak Allah, dan hanya kepada Allah umat Islam
meminta pertolongan. Dari sini maka tidak salah apabila kita mengalami kegalauan, langsung menghadap kepada
Pencipta segalanya dan meminta jalan
keluar kepadaNya.
Dengan mengingat Allah hati kita bisa
merasa tenang, sebab Allah telah berfirman
dalam al-Qur’an surat Ar-Ra’du
ayat 28:
(أَلا بِذِكْرِ
اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ)
Artinya: “Ingatlah, hanya mengingat
Allah hati menjadi tenang.”
Salah satu metode mengingat Allah yang
menyebabkan hati kita bisa tenang adalah shalat dan ini juga dipraktekkan oleh
Rasul saw sebagaimana yang kita ketahui di
atas.
Keterangan
di atas merupakan secuil dari faidah menjalankan shalat dan masih banyak lagi
faidah-faidah yang terkandung dalam
pelaksanaan shalat yang tidak mungkin penulis sebut satu-persatu dalam buku
ringkas ini.
[1] Muhammad, Ramadhan Karim; Renungan Bulan Puasa,( Sidoarjo: Tarbiatul
Aulad Wal Aitam, 2013), cet.I, h.9-11.
[2] Abdul Halim Mahmud, Ash-Shalat Asraru Wa Ahkamu, ( Kairo-Mesir: Daru
al-Ma’arif), cet.IV, h.17-18.
[3] Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir al-Qursyi ad-Damasyqi, Tafsir
al-Qur’ani al-Adzim, (Dar ath-Thayyibah li an-Nasyar Wa at-Tauzi’, 1999 M./1420
H.), cet.II
No comments:
Post a Comment