Saturday, 12 July 2014

Hikmah Shalat



Layar Di balik Shalat
By: Muhammad
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.
(Adz-Dzariat: 56)

Shalat bukan sekedar gerakan dan bacaan tanpa makna bagi muslim yang benar-benar menghayati gerakan dan bacaan shalat. Di dalam ritual shalat lima waktu dan shalat sunnah lainnya terdapat makna filosofis terselubung baik ditinjau dari segi relegi, medis, maupun sosial. Mungkin di antara kita ada yang tidak begitu memahami makna shalat yang telah diperintah Allah pada semua hambaNya. Mungkin dalam benak pikiran kita selalu bertanya-tanya “Buat apa kita shalat? Apa guna mengerjakan shalat? mengapa harus shalat?.” Dan mungkin ada yang beranggapan shalat dengan menggunakan metode gerakan sebagaimana maklumnya tidak ada gunanya, tapi shalat cukup dengan hati saja. Pertanyaan-pertanyaan demikan harus kita pecahkan bersama agar kita bisa mengetahui makna filosofi shalat serta gerakannya sehingga kita bisa mengetahui hakikat shalat dan bisa mengerjakan shalat dengan suka hati tanpa ada kata terpaksa.
Di bawah ini adalah layar di balik ritual shalat menurut pandangan religi, medis, dan sosial.
1-    Shalat Dalam Pandangan Religi
Sebagaimana yang telah disinggung di atas, shalat bukanlah sekedar gerakan tanpa arti, namun dalam ritual shalat mengandung arti yang sangat mendalam. Oleh karena itu, tidak heran apabila Allah menciptakan semua makhluk hidup di dunia ini hanya untuk beribadah pada-Nya firman Allah surat Adz-Dzariyat ayat 56:
(وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ)
Artinya: “Dan Aku tidak akan menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.
Kita yakin bahwa diri kita ada di dunia bukan muncul dengan sendirinya, tapi di balik itu ada Dzat yang menciptakan dan Dzat pencipta itu adalah Allah. Ungkapan ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Allah menciptakan kita bukan hanya untuk bersenang-senang, bersenda gurau, hidup bebas, lepas tanpa adanya beban, namun kita harus beribadah, menyucikan diri, meminta ampun atas kekhilafan, meminta pertolongan, dan mengikuti semua peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Bisa difahami dari kaidah baku umat Islam, semua perintah Allah mengandung manfaat bagi semua manusia dan semua larangan Allah mengandung kemudlaratan atau kerusakan pada diri manusia sendiri. Misalnya  Allah mengharamkan minuman keras, alasan minuman keras diharamkan sebab apabila minum minuman keras akal seseorang bisa hilang dan gelap sehingga ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Dari hilangnya akal seseorang bisa melakukan apa saja tanpa menyadari bahwa yang ia lakukan menyakiti orang lain dan mengakibatkan pertengkaran bahkan bisa berujung kematian. Bila ditinjau dari segi medis, peminum minuman keras bisa mengakibatkan terputusnya sel-sel otak dan mengakibatkan pikirannya menjadi lemot/tumpul.
Contoh lain, keharaman zina. Zina diharamkan sebab  Allah berkehendak untuk mengangkat martabat perempuan dan menjaga kesucian anak turun bani Adam. Jika zina dilegalkan nasib perempuan bagaikan sampah yang tiada arti, hidupnya terombang-ambing tanpa kejelasan, dan bila zina dilegalkan hidup manusia tidak ada beda dengan kehidupan hewan yang hanya ingin mencari kepuasan nafsu belaka. Belum lagi nasib anak yang terlahir dari zina. Siapa yang akan menjadi ayahnya? Siapa yang akan memberikan nafkah? Ia juga membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah. Oleh karena itu, tokoh klasik dan kontemporer Islam membuat rumus ‘setiap sesuatu yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya pasti mengandung manfaat dan setiap sesuatu yang diharamkan pasti mengandung kerusakan.’
Puasa diwajibkan Allah, apakah ini mengandung manfaat? Jelas puasa mengandung manfaat. Manfaat puasa ialah:[1]
1-      Faidah puasa ada kalanya berhubungan dengan Ruh
Dengan menjalankan puasa kita bisa lebih bersabar dalam mengatasi setiap masalah yang ada di hadapan kita, bisa menjaga diri dari setiap perbuatan maksiat, sebab orang yang menjalankan ibadah puasa dengan benar, hari-harinya dipenuhi dengan menyebut asma Allah.
2-      Faidah puasa berhubungan dengan kemasyarakatan
Dalam faidah ini terbagi menjadi empat bagian
a-      Keadilan dan kesamaan
Dengan  adanya puasa, tidak ada perbedaan antara orang kaya, miskin, kuat, dan lemah, sebab pada waktu menjalankan puasa semua diperintahkan untuk mencegah diri dari makan dan minum sepanjang hari.
b-      Timbulnya perasaan kasih sayang
Apabila  seseorang tidak pernah merasakan lapar dan haus sepanjang hidupnya  maka ia tidak akan punya kasih sayang pada orang miskin.
c-      Menjaga diri dari kejelekan dan kerusakan
Dalam  hal ini Rasulullah telah bersabda:
)ان الشيطان يجرى من ابن ادم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع و الصوم(
Artinya: “Sebenarnya godaan setan pada anak cucu adam sebagaimana darah yang mengalir maka cegahlah perjalanan itu dengan lapar dan puasa.
d-     Adanya rasa kesatuan
Dengan  puasa, seluruh umat Islam tidak akan makan dan minum kecuali setelah tenggelamnya matahari.
3-      Menjaga kesehatan tubuh
Termasuk faidah puasa juga bisa menjaga kesehatan tubuh manusia sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah saw :"صوموا تصحوا"   artinya: “Berpuasalah kalian sebab dengan puasa kalian akan sehat.”  Para ahli medis mengakui kebenaran Hadits di atas dan mereka telah melakukan riset. Hasil yang mereka dapatkan adalah puasa memang benar-benar bisa menjaga kesehatan manusia. Dengan berpuasa, lemak yang ada dalam tubuh manusia akan berkurang sedikit demi sedikit, selain itu puasa juga bisa menghancurkan lemak yang berlebihan.  Salah satu dari tim medis Barat menyatakan bahwa dengan berpuasa satu bulan bisa menghidupkan sel-sel yang telah mati selama satu tahun,  paparnya. Inti  dari berpuasa adalah menjalankan syari’at yang telah ditetapkan oleh Allah.
Termasuk ketetapan dan perintah Allah pada semua manusia yang tidak bisa diabaikan adalah ritual shalat lima waktu dalam sehari semalam. Dalam ritual ini juga mengandung banyak manfaat yang kembalinya pada diri sendiri. Di  antara manfaat shalat menurut pendangan religi sebagaimana berikut:
a-      Shalat penyambung hubungan antara hamba dengan Tuhannya
Agama Islam menganjurkan pada semua umatnya  agar menyambung tali silaturrahmi dengan sanak saudara dan famili, sebab dengan silaturrahmi bisa menjadi sebab kuatnya tali persaudaraan dan penyebab luasnya rizki. Bahkan Allah mengancam orang Islam yang tidak mau menyambung tali persaudaraan dengan siksa neraka. Bila dalam agama Islam menyambung tali persaudaraan menjadi hal urgen apalagi menyambung tali kepada Tuhan Sang pencipta.
Nabi-nabi terdahulu diturunkan ke dunia hanya untuk menyucikan dan beribadah kepada Allah, begitu pula dengan Nabi kita Muhammad saw, beliau diutus agar semua manusia menyembah kepada Allah.
Shalat menjadi media meditasi hamba kepada Tuhannya. Bahkan Rasul saw sendiri menyebut shalat sebagai tali penyambung kepada Allah. Bagaimana shalat tidak dikatakan sebagai tali penyambung hamba kepada Sang Khaliq, sedangkan ketika melaksanakan shalat umat Islam langsung berhadapan dengan Allah, meninggalkan semua kesibukan dunia, memasrahkan diri, dan mengakui bahwa dirinya lemah?
Sebagai contoh; permulaan gerakan shalat ialah Takbiratul Ihram (mengangkat kedua tangan di atas bahu) arti dari gerakan ini adalah  muslim pasrah sepenuhnya kepada Sang Tuhan, seorang hamba sangatlah lemah bila di hadapan Tuhan yang esa. Filosofis angkat tangan di atas bahu berarti pasrah dan tak berdaya lagi. Filosof angkat tangan juga diterapkan oleh pihak militer atau polisi. Militer atau posisi pasti memerintahkan penjahat untuk  angkat tangan bila penjahat sudah mulai lemah dan tak berdaya. Setelah angkat tangan barulah polisi memborgolnya. Semua gerakan shalat mengandung makna filosofis dalam garis besar menghadap, memasrahkan, lemah tak berdaya, dan menyucikan Allah.
Tokoh Islam klasik berkata mengenai shalat: “Shalat merupakan tali penyambung hamba dengan Allah dan shalat itu mi’rajnya hamba kepada Allah.” Salah satu ulama berkata: “ Gerakan berdiri tegak waktu shalat sama halnya Isra’ ke Baitul Maqdis, Rukuk sama halnya sampainya hamba ke Sidrotil Muntaha, pada waktu sujud sang hamba sampai pada Qaba Qausaini aw Adna.[2]
b-      Shalat pelebur segala dosa
Waktu 24 jam bukan waktu singkat. Dalam kurun waktu itu tidak mungkin manusia tidak luput dari salah kepada Sang Khaliq. Kesalahan-kesalahan terjadi terkadang disadari dan terkadang pula tidak disadari. Kesalahan dan kekhilafan tidak akan lepas dari manusia, sebab manusia tercipta sebagai gudang kesalahan dan lupa, namun apakah muslim hanya diam dan berpangku tangan dari kesalahan yang diperbuat? Apakah orang Islam tidak meminta ampunan kepada Allah agar kelak selamat dari api neraka sebab kesalahan-kesalahan di dunia?
Shalat lima waktu merupakan ritual pelebur dosa selagi dosa yang diperbuat bukanlah dosa besar. Keterangan ini tercatat dalam Hadits Rasul saw riwayat Bukhari dan Muslim:
(مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءها ؛ وَخُشُوعَهَا، وَرُكُوعَهَا ، إِلاَّ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوب مَا لَمْ تُؤتَ كَبِيرةٌ)
Artinya: “Barang siapa dari orang Islam yang mengerjakan shalat Maktubah (lima waktu), melakukan wudlu’, khusyu’, dan rukuk dengan benar maka shalatnya bisa melebur dosa yang telah lewat selagi ia tidak mengerjakan dosa besar.
Hadits di atas mengindikasikan bahwa shalat lima waktu bisa melebur dosa hamba bila dimulai dengan wudlu’, khusyu’, rukuk yang benar, dan selagi tidak melakukan dosa besar.
Bila ingin mendapatkan ridla Allah, surga, rizki melimpah, semua doa terkabulkan, dan kebahagiaan dunia akhirat maka tinggalkan semua dosa. Bila perbuatan dosa tidak bisa dihindari maka leburlah dosa dengan shalat niscaya kebahagiaan terdapatkan,  sebab Allah berfirman dalam surat Hud ayat 114:
(وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهارِ وَزُلَفاً مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَناتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئاتِ ذلِكَ ذِكْرى لِلذَّاكِرِينَ)
Artinya: “Dan laksanakanah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat Allah.
Ayat di atas memerintahkan semua umat Islam agar menjaga serta melaksanakan shalat dengan disiplin. Dalam ayat itu juga disebutkan waktu-waktu shalat. Shalat Subuh, Dhuhur, dan Asar masuk katagori Tharafayi an-Nahar, sedangkan Maghrib dan Isya’ dalam kalimat Zulafan Min al-Laili.[3] Setelah Allah memerintahkan semua orang Islam mengerjakan shalat, kemudian Allah berfirman sesungguhnya kebajikan bisa melebur kejelekan. Bisa dipetik sebuah kesimpulan dari ayat di atas bahwa shalat berposisi sebagai pelebur semua kesalahan anak Adam.
Jika kita merasa bahwa diri kita manusia bukan malaikat sedangkan tabiat manusia ialah melakukan kesalahan dan lupa maka sebagai manusia sejati kita harus meminta ampunan dan melakukan shalat sebagaimana yang diperintahkan Allah agar kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan bisa terlebur.
c-      Shalat penyejuk hati
Perlu diketahui bahwa shalat bisa menyejukkan hati yang galau, kenikmatan bagi setiap ruh yang mengesakan Allah, orang-orang yang khusyu’, dan shalat itu sendiri merupakan rahmat dari Allah bagi orang yang beriman.
Allah memerintahkan shalat dan memberitahu metode shalat melalui perantaraan RasulNya Muhammad saw, agar semua manusia mendapatkan kemuliaan dan bisa berada di sisi Allah kelak di akhirat. Manusia melaksanakan shalat agar mendapat kemulian, bisa menyatukan jiwa raga dalam menyembah Allah, sebab di dalam shalat semua manusia menghadapkan diri kepadaNya, merasa bahagia dan nikmat dengan dekatnya diri pada Sang Pencipta, dan bisa bertatap muka langsung kepadaNya tanpa memikirkan hal lain selain menghadap kepadaNya dengan harapan bisa meraih ridla Allah SWT.[4]
Allah tidak butuh shalatnya seorang hamba, sebab Allah maha kaya sebagaimana firman Allah dalam surat Muhammad ayat 38:
(وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ)
Artinya: “Dan Allah-lah Yang Maha Kaya, dan kalianlah yang membutuhkan karunia-Nya.
Hati manusia bisa kering dan gersang apabila ia lalai pada Tuhannya. Bila hati manusia sudah kering maka ia akan mengikuti semua hawa nafsunya dan perbuatannya bisa lebih jelek dari hewan yang tidak mempunyai akal pikiran. Namun, selagi manusia mengingat dan menghadap Allah maka hati manusia terus-menerus tersirami rahmat Allah sehingga hatinya tidak kering.
Begitu pula hati manusia bisa kering dan gersang bila tidak disirami dengan mengesakan Allah, berdoa, berdzikir, dan mencintai-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 22:
(فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ)
Artinya: “Maka celakalah mereka yang hatinya membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
Dengan kasih sayang Allah pada semua manusia terutama orang Islam, Allah mewajibkan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Shalat diwajibkan agar orang Islam selalu mengingat Allah, hati bisa merasa tentram, damai, sejuk, dan tidak tersesat dari jalan yang benar. Bila hati manusia sudah membatu dan tersesat dari jalan yang diridlai Allah maka prilaku manusia tidak jauh beda dengan hewan, bahkan bisa lebih keji dari hewan dan kelak akan memperoleh kursi di neraka sebagaimana firman Allah surat Al-A’raf ayat 179:
(وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِنَ الْجِنِّ وَالْأِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُون)
Artinya: “Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami, mereka memiliki mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
d-     Shalat penawar galau
Nabi Muhammad saw cermin bagi semua umat Islam. Semua tindak lampahnya menjadi sebuah kesunnahan untuk diikuti oleh umat Islam. Mari kita tengok kebiasaan Rasul saw ketika beliau mengalami kegalauan. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan dari Imam Ahmad dan Abu Dawud menjelaskan bahwa bila Rasulullah sedang galau atau susah beliau langsung melakukan ritual shalat.
(كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى)
Artinya: “Jika ada satu hal yang membuat Nabi saw susah maka Nabi saw melakukan shalat.
Allah adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu, semua mengikuti kehendak Allah, dan hanya kepada Allah umat Islam meminta pertolongan. Dari sini maka tidak salah apabila kita mengalami kegalauan, langsung menghadap kepada Pencipta segalanya dan meminta jalan keluar kepadaNya.
Dengan mengingat Allah hati kita bisa merasa tenang, sebab Allah telah berfirman dalam al-Qur’an surat Ar-Ra’du ayat 28:
(أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ)
Artinya: “Ingatlah, hanya mengingat Allah hati menjadi tenang.
Salah satu metode mengingat Allah yang menyebabkan hati kita bisa tenang adalah shalat dan ini juga dipraktekkan oleh Rasul saw sebagaimana yang kita ketahui di atas.
Keterangan di atas merupakan secuil dari faidah menjalankan shalat dan masih banyak lagi faidah-faidah yang terkandung dalam pelaksanaan shalat yang tidak mungkin penulis sebut satu-persatu dalam buku ringkas ini.


[1] Muhammad, Ramadhan Karim; Renungan Bulan Puasa,( Sidoarjo: Tarbiatul Aulad Wal Aitam, 2013), cet.I, h.9-11.
[2] Abdul Halim Mahmud, Ash-Shalat Asraru Wa Ahkamu, ( Kairo-Mesir: Daru al-Ma’arif), cet.IV, h.17-18.
[3] Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir al-Qursyi ad-Damasyqi, Tafsir al-Qur’ani al-Adzim, (Dar ath-Thayyibah li an-Nasyar Wa at-Tauzi’, 1999 M./1420 H.), cet.II
[4] Ibnu Qoyyim al-Jauzi, Asrari ash-Shalat, (Dar Ibnu Hazem, 2003 M./1424 H.), cet.I, h.55-56.

No comments:

Post a Comment